MASIHKAH INGIN MEROKOK???
Secara tak sengaja saya membaca tulisan/syair
Bp. Taufiq Ismail tentang merokok. Kebetulan pula akhir Januari 2009 lalu Kota
Padang Panjang telah menjadi tuan rumah pembahasan MUI tentang beberapa
larangan, yang salah satunya adalah larangan merokok... untuk itu saya kutipkan
seperti di bawah ini:
(untuk yang mau search di google, masukkan
saja kata kunci "taufiq ismail tuhan sembilan senti")
Tuhan Sembilan Senti
Oleh: Taufiq Ismail
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi
perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja
merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses
parlemen anggota DPR merokok,
Di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi
merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang
merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang
tak merokok.
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi
merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah
dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival
merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang
merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok, sampai
kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para
dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak
merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak
tertahankan asap
rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan
hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua
orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan
penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan
penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang
HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan
nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun
asap tembakau itu, bisa ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada
juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan
bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan
rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek
orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak
acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya,
pakai dasi, orang-orang goblok merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang
yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk
sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu
falak, tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke
mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang
sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma
sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok
ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan
AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud
dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati
malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang
rokok. Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa
yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena
pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada
rokok. Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang
kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang
korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi
dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala
kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di
dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan
diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena
orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan
sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi
berhala-berhala ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar